top of page

Istirahat Sejenak Untuk Menemukan Diri

  • reviewgadget.online
  • Jun 14, 2021
  • 2 min read

Updated: Aug 12, 2021

Dari kejauhan rona jingga menyeruak, tapi mentari masih malu-malu menyapa hari manusia yang seringnya sibuk dengan urusan dunia. Sementara suara riuh kereta komuter yang datang sudah terdengar dari kejauhan. Segerombolan manusia menapaki lantai stasiun yang tidak pernah jemu dilewati oleh para manusia yang entah hari itu membawa gundah atau sedang bahagia namun tetap memaksa bekerja. Mau tidak mau.

Pernah? tidak, tapi sering merasa sebagai robot yang sibuk bekerja hanya karena ingin membuat dapur tetap mengepul. Lekat-lekat layar di pandang, namun otak ingin segera mengakhiri hari. Seringnya seperti itu.

Bersama Diri Sendiri

Hari itu, Pram menapaki gerbong kereta dengan lekuk wajah datar, tidak ada yang istimewa hari ini, katanya dalam hati. Sebelas dua belas dengan podcast kita dan waktu yang mengalun sendu di VL Inbox earphonenya. Mendengarkan cerita di youtube saat perjalanan memang tidak pernah salah. Sesekali ia masih berusaha melempar mimik mata tersenyum kepada manusia yang bertatapan pandang saat menyusuri gerbong untuk mencari tempat duduk yang jauh dari kumpulan orang. 'Ah ketemu, di pojok'. Lima menit pertama ia hanya sibuk memperbaiki posisi duduk, sembari melempar pandangan ke jendela kereta didepannya. Gedung pencakar langit, pemukiman kumuh, tajuk pepohonan yang mengayun malas tertiup angin dan jalanan yang macet. Tiba-tiba semakin meriuhkan pikirannya yang sudah penat.

"Mungkin aku sebaiknya tidak harus berpikir, ddan membiarkan mengalir (?)" lagi lagi berbicara dalam hati.

Sepersekian detik ia hanya termurung dalam pikiran yang entah harus membela mana. Sementara VL Inboxnya masih bersuara keras, cukup untuk membuatnya tuli dari suara kereta yang mengaung berisik.

"Hei tolong, kasihanilah dirimu juga, terlalu banyak mengejar tapi lupa menikmati juga gak baik"

"Hei, kamu juga manusia, bukan robot, bahkan robot juga perlu di charge agar bisa kembali berfungsi normal, apalagi kamu" tiba-tiba membuyarkan pikirannya. Ia hanya terdiam, pelan pelan memahami suara sang podcaster.

"Apakah ini untuk aku?" tuturnya.

Pram merasa tersentak. Merasa ia tidak cukup memahami dirinya sendiri selama ini. Setahun terakhir ia merasa bergerak namun tidak benyawa. Merasa mimpi-mimpinya telah tergadaikan oleh keadaan. Kini ia meragukan pemikirannya sendiri. Mungkin tidak seharusnya ia berburuk sangka dengan keadaan. Ia hanya perlu beristirahat sejenak. Berhenti memikirkan bagaimana jika sesuatu yang telah direncakan di masa depan tidak akan terwujud. Bagaimana jika dia tidak bisa mengatasi masalah yang timbul di masa depan. Bagaimana jika ia tidak pernah bisa menggapai mimpinya.

"Apa yang akan jadi milikmu, tetap akan jadi milikmu" kata sang podcaster masih mengalun. Ia mengangguk kecil. "Aneh" tuturnya. Ia merasa ini bukan pertama kali mendengar kalimat itu, tapi mengapa bisa lupa? "Agar aku bisa melajar mengingat" cepat cepat ia jawab sendiri.

Merasa buruk bukan berarti kita memang sedang dalam keadaan buruk, namun juga bisa hanya karena kita menerka, lalu meyakini bahwa memang kita dalam keadaan demikian. Membiarkan pikiran kita dalam keadaan tenang bisa jadi membuat kita bisa lebih berpikiran jernih. Jika memang sesuatu terjadi dan itu tidak seperti yang kita mau. Bukan berarti itu juga buruk. Karena mungkin Tuhan sedang mengajari kita untuk tidak menilai sesuatu sebelum benar-benar mengalaminya. Kenyataannya semua jawaban atas keraguan kita seringnya ada juga disekliling kita, namun mungkin kita lupa untuk mengingat, atau mungkin kita tidak mau mengingat.

Tidak ada salahnya istirahat sejenak. Berdialog dengan diri sendiri, untuk menemukan diri kembali.







Comentários


Spill the tea

Contributor in Review Gadget associated with Gold Acc Indonesia. 

 

Join My Mailing List

Thanks for submitting!

© 2023 by Going Places. Proudly created with Wix.com

  • Facebook
  • Instagram
  • YouTube
  • LinkedIn
bottom of page